Lama banget ga posting. Mulai lagi lah, kalo ga males. Nih buat sekarang copas laporan praktikum kelompok ane. Judulnya Reverse Osmosis, praktikum Pengelolaan Limbah Industri. Mangga, semoga bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan air bersih yang dapat
digunakan dengan aman baik itu untuk keperluan rumah tangga, ataupun industry,
semakin lama semakin sedikit, begitu juga pada pembangkit listrik tenaga uap.
Laut merupakan sumber energy yang dapat terbarukan serta bagian terbesar di
Indonesia. Sehingga laut banyak dimanfaatkan oleh perusahaan pembangkit. Namun
air yang digunakan harus dihilangkan dari garam-garamnya. Membran RO merupakan
teknik yang paling menjanjikan untuk desalinasi air payau maupun air laut.
Teknologi RO mampu memisahkan komponen-komponen pada temperature kamar,
konsumsi energi dan bahan kimia aditif relative rendah, tidak menghasilkan
produk samping berupa limbah, bersifat modular dan kompak, serta hanya
membutuhkan ruangan yang kecil untuk instalasinya dan karena kemampuannya dalam
memisahkan garam-garaman, teknologi ini cocok digunakan dalam pengolahan air
laut menjadi air tawar (desalinasi).
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum Reverse Osmosis ini dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut.
1.
Memahami proses
pemisahan ion dalam air baku dengan system Reverse Osmosis.
2.
Membuat
kurva/grafik hubungan antara kadar zat terlarut di aliran permeat dan
konsentrat terhadap waktu atau volume permeat.
3.
Menghitung
persen zat terlarut yang di reject (%Reject)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Membran Reverse Osmosis (RO)
Membran RO dibuat dari berbagai bahan seperti
selulosa asetat (CA), poliamida (PA), poliamida aromatis,
polieteramida,polieteramina, polieterurea, polifelilene oksida, polifenilen
bibenzimidazol,dsb. Membran komposit film tipis terbuat dari berbagai bahan
polimer untuk substratnya ditambah polimer lapisan fungsional diatasnya.
Membran mengalami perubahan karena memampat dan fouling (sumbat). Pemampatan
atau fluks-merosot itu serupa dengan perayapan plastic/logam bila terkena beban
tegangan kompresi. Makin besar tekanan dan suhu, biasanya tak reversible dan
membran makin mampat. Normalnya, membran bekerja pada suhu 21-350 C. Fouling membran
itu diakibatkan oleh zat-zat dalam air baku misalnya kerak, pengendapan koloid,
oksida logam, organic dan silica.
B. Prinsip Dasar
Reverse Osmosis (RO)
Prinsip kerja filter Reverse Osmosis adalah
berdasarkan pada peristiwa osmosis yang terjadi di alam. Osmosis adalah
peristiwa bergeraknya air dari larutan yang mempunyai konsentrasi lebih rendah
melalui membran permeabel ke larutan yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi
sampai tercapainya keseimbangan. Daya penggerak yang menyebabkan aliran difusi
melalui membran permeabel tersebut adalah tekanan osmosis. Besarnya tekanan
osmosis tergantung dari karakteristik membran , temperatur air, dan konsentrasi
garam yang terlarut di dalam air. Tekanan osmotik normal air laut yang
mengandung TDS 35.000 ppm dan suhu 250 C adalah 26,7 kg/cm2, dan untuk air laut
di daerah timur tengah atau laut merah mengandung TDS 42.000 ppm dan suhu 3000
C, tekanan osmotiknya adalah 32,7 kg/m2. Proses Reverse Osmosis merupakan
kebalikan dari proses osmosis, yaitu memberikan tekanan balik yang lebih besar
dari tekanan osmotik pada permukaan cairan yang lebih kental, maka cairan yang
lebih murni akan menembus permukaan membran menjadi cairan yang lebih murni.
Daya penggerak yang menyebabkan terjadinya difusi
air tawar ke dalam air asin melalui membran tersebut dinamakan tekanan
ossmosis. Besarnya tekanan osmosis tergantung dari temperatur air, dan
konsentrasi garam yang terlarut dalam air. Tekanan osmosis dari suatu larutan
dapat dinyatakan dalam persamaan (1).
Dimana
adalah tekanan osmosis (Psl), t adalah suhu (0C),
dan Σml adalah jumlah molalitas kandungan ionik/nonionik. Apabila pada sustu
sistem osmosis diberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmosisnya, maka
aliran air tawar akan berbalik yaitu dari air asin ke air tawar melalui membran
semipermiabel, sedangkan garamnya tetap tertinggal di dalam larutan garamnya
sehingga menjadi lebih pekat. Proses yang terjadi di dalam membran osmosis
balik adalah proses penyaringan dengan ukuran molekul, yakni molekul yang lebih
besar daripada air, misal molekul garam yang akan terpisah dan ikut ke dalam
air buangan. Laju pemisahan garam dapat dilihat pada persamaan (2).
dimana Cp adalah konsentrasi garam air olahan (mg/L)
dan Cf adalah konsentrasi garam air baku (mg/L). Laju produksi dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan (3)
dimana Qp adalah debit air olahan (L/jam) dan Qf adalah debit
air baku (L/jam).
Tekanan operasi
pada sistem osmosis balik adalah sebesar 5,3-24,6 kg/cm2 (75-350
Psl). Menurut jenis tekanan operasinya sistem osmosis balik dapat dibedakan
menjadi dua yaitu unit tekanan tinggi (tekanan rata-rata di atas 24,6 kg/cm2)
dan unit tekanan rendah (rata-rata tekanan sebesar 17,6 kg/cm2). Dalam proses
filtrasi dengan menggunakan membran reverse osmosis, terdapat beberapa
faktor-faktor yang saling berkaitan sehingga akan mempengaruhi pula kualitas
air hasil filtrasi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tekanan
Menurut Heitmann (1990), tekanan mempengaruhi laju alir bahan
pelarut yang melalui membran itu. Laju alir meningkat dengan terus meningkatnya
tekanan, dan mutu air olahan (permeate) juga semakin meningkat. Tekanan memegang
peranan penting bagi laja permeate yang terjadi pada proses membran. Semakin
tinggi tekanan suatu membran, maka semakin besar pula fluks yang dihasilkan
permeate.
b. Temperatur/suhu
Standar temperatur yang digunakan dari 700F (210C), tetapi
umumnya yang digunakan mulai dari 850F (290C).
c. Kepadatan/kerapatan membran
Semakin rapat membran, maka akan semakin baik air olahan yang
dihasilkan.
d. Flux (fluks)
Gerakan air yang terus menerus. Untuk menentukan fluks dapat
diperoleh dengan menghitung laju alir permeate per satuan luas membran.
e. Recovery Factor
Semakin tinggi faktor perolehan maka semakin baik konsentrasi
garam pada proses pengolahan air payau yang didapat. Umumnya factor recovery
mempunyai batasan 75 – 95 %.
f. Salt Rejection (rejeksi garam-garaman)
Garam rejeksi tergantung dari tipe dan karakteristik pemilihan
membran. Namun juga sangat tergantung pada kondisi operasi, konsentrasi larutan
umpan dan debit aliran. Nilai rejeksi merupakan angka mutlak. Umumnya nilai
rejeksi dari 85 – 99,5% dengan 95% yang lebih sering digunakan.
g. Ketahanan Membran
Membran hanya dapat bertahan sebentar (akan cepat rusak) apabila
terlalu banyak komponen – komponen yang tidak diinginkan ikut masuk di dalam
air umpan, seperti bakteri, jamur, phenol, dan bahkan nilai pH terlalu
tinggi/rendah. Biasanya membran dapat bertahan selama 2 tahun dengan perubahan
pada efisiensinya.
h. pH
pH pada membran yang sering digunakan memiliki batasan operasi
antara 6 – 7,7
i. Kekeruhan (Turbidity)
Reverse Osmosis digunakan untuk memindahkan/menyingkirkan
kekeruhan dari air umpan (air masuk).
j. Pengolahan awal (Pretreatment)
Pretreatment merupakan proses awal agar membran tidak cepat
rusak dan dapat tahan lebih lama. Selain itu pretreatment juga dilakukan agar
partikel – partikel yang tidak diinginkan yang berat molekulnya lebih besar
tidak ikut masuk kedalam membran.
k. Pembersihan (Cleaning)
Pembersihan pada membran tergantung dari jenis membran yang
digunakan dan proses penggunaannya.
C. Proses Desanilasi
dengan RO
Pada prakteknya, proses pengolahan air minum dengan sistem
reverse osmosis terdiri dari dua bagian yakni pengolahan pendahuluan dan unit
RO. Oleh karena air baku adalah air laut, terutama yang dekat dengan pantai
masih mengandung partikel padatan tersuspensi, mineral, plankton dan lainnya,
maka air baku tersebut perlu dilakukan pengolahan pendahuluan sebelum diproses
di dalam unit RO. Unit pengolahan pendahuluan terdiri dari beberapa peralatan
utama yakni pompa air baku, bak koagulasi-flokulasi, tangki reaktor (kontraktor),
saringan pasir, filter mangan zeloit, filter untuk penghilang warna, dan filter
cartride ukuran 0,5mm. Sedangkan unit RO terdiri dari pompa tekanana tinggi dan
membran RO, pompa dosing untuk anti scalant dan anti blofouling, serta
sterilisator ulta violet (UV).
Air baku (air laut) dipompa ke bak koagulasi-flokulasi untuk
mengendapkan zat padat tersuspensi, selanjutnya dialirkan ke rapid sand filter,
kemudian ditampung di dalam bakpenampung. Dari bak penampung air laut dipompa
ke pressure filter sambil diinjeksi dengan larutan kalium permanganate agar zat
besi atau mangan yang larut dalam air baku dapat dioksidasi menjadi bentuk
senyawa oksida besi dan mangan yang tak larut dalam air. Selain itu
diinjeksikan larutan anti scalant, anti blofouling yang dapat berfungsi
untukmencegah pengkerakan serta membunuh mikroorganisme yang dapat menyebabkan
blofouling di dalam membran RO.
Dari preasure filter, air dialirkan ke saringan filter
multimedia agar senyawa besi atau mangan yang telah teroksidasi dan juga
padatan tersuspensi (SS) yang berupa partikel halus, plankton dan lainnya dapat
disaring. Dengan adanya filter multimedia ini, zat besi atau mangan yang belum
teroksidasi dapat dihilangkan sampai konsentrasi 0,1 mg/L. Zat besi dan mangan
ini harus dihilangkan karena dapat menimbulkan kerak pada membran RO.
Dari filter multimedia air dialirkan ke filter penghilang earna.
Filter ini berfungsi untuk menghilangkan warna dari senyawa warna pada air baku
yang dapat menyebabkan cepatnya penyumbatan pada membran RO. Setelah melalui
filter penghilang warna, air dialirkan ke filter cartridge yang dapat menyaring
partikel dengan ukuran 0,5 mm. Setelah melalui filter cartridge, air dialirkan
ke unit RO dengan menggunakan pompa tekanan tinggi sambil diinjeksi dengan zat
anti kerak dan zat anti blofouling. Air yang keluar dari modul membran RO ada
dua yakni air tawar dan air buangan garam yang telah dipekatkan. Selanjutnya
air tawar dipompa ke tangki penampungan sambil dibubuhi dengan khlorin dengan
konsentrasi tertentu agar tidak terkontaminasi kembali oleh mikroba, sedangkan
air garam dibuang ke laut kembali.
D. Efisiensi Pemisahan
Untuk menentukan
efisiensi pemisahan, maka dapat dilakukan dengan cara menentukan koefisien
rejection (R). Koefisien Rejection menyatakan hubungan antara konsentrasi atau
kadar garam di aliran influen dan efluen (permeat) ditulis sebagai berikut.
Dengan Cm sebagai konsentrasi zat terlarut di aliran
influen dan Cp sebagai konsentrasi zat terlarut di aliran permeat.
Semakin besar nilai R, maka proses pemisahan semakin baik,
artinya permeat semakin murni.
E. Keunggulan dan
KelemahanProses RO
Beberapa keunggulan yang didapat berdasarkan kajian ekonomi dan
hasil yang dicapai, untuk proses pengolahan air dengan metode reverse osmosis
adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi kebutuhan laboratorium,
b. Dapat mencapai pada tekanan tinggi,
c. Dapat mengurangi kandungan garam, karbonat, total hardness,
sulfat, dan nitrat dari air umpan. Zat-zat yang tidak terlarut dalam air juga
dipisahkan seperti koloid dan bakteri.
d. Untuk umpan padatan total terlarut di bawah 400 ppm, osmosis
balik merupakan perlakuan yang murah.
e. Untuk umpan padatan total terlarut di atas 400 ppm, dengan
penuruanan padatan total terlarut 10% semula, osmosis balik sangat
menguntungkan dibanding dengan deionisasi
f. Untuk umpan berapapun konsentrasi padatan total terlarut,
disertai kandungan organic lebih daripada 15 g/liter, osmosis balik sangat baik
untuk praperlakuan deionisasi.
g. Osmosis balik sedikit berhubungan dengan bahan kimia,
sehingga lebih praktis.
Kelemahan yang sering didapat pada pengolahan air menggunakan
metode reverse osmosis adalah sering terjadinya penyumbatan (fouling/clogging)
karena bahan – bahan tertentu pada permukaan membran seperti membran berkerak
karena pengendapan garam terlarut dalam air karena konsentrasi air cukup pekat
dan batas kelarutan terlampaui. Kerak dapat berupa kalsium karbonat atau
sulfat, silika, dan kalsium klorida, dan perawatannya lebih mahal dibandingkan
dengan pengolahan secara konvensional. Selain itu air umpan harus diolah
terlebih dahulu untuk menghilangkan partikulat-partikulat, Operasi RO
membutuhkan material dan alat dengan kualitas standar yang tinggi, serta
terdapat kemungkinan terjadi pertumbuhan bakteri pada membran itu sendiri.
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat
dan Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada gambar 1.1.
Alat
|
Bahan
|
Serangkaian
alat Reverse Osmosis
|
Air Keran
|
Gelas Kimia
1000mL (2 buah)
|
|
Gelas Kimia
500mL (2 buah)
|
|
Gelas Kimia
100mL (2 buah)
|
|
Gelas Ukur 100
mL (2 buah)
|
|
Alat TDS/DHL
meter
|
|
Stopwatch
|
Gambar 1.1. Tabel Alat dan Bahan
3.2.
Cara Kerja

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1. Data Pengamatan
TDS awal : 547 mg/l
DHL awal : 1.032 mS/cm
Laju alir awal : 7700
ml/menit
pH permeat awal : 6.42
pH konsentrat awal :
6.03
Data pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada
gambar 2.1.
Waktu (menit)
|
Permeat
|
Konsentrat
|
% Reject (%)
|
||||
TDS (mg/l)
|
DHL (mS/cm)
|
Volume (mL)
|
TDS (mg/l)
|
DHL (mS/cm)
|
Volume (mL)
|
||
10
|
13
|
0.021
|
3100
|
293
|
0.435
|
4900
|
97.6234
|
20
|
15
|
0.02
|
3400
|
286
|
0.431
|
3900
|
97.25777
|
30
|
11
|
0.017
|
3700
|
282
|
0.426
|
4500
|
97.989031
|
40
|
9
|
0.014
|
2800
|
287
|
0.433
|
5500
|
98.354662
|
50
|
13
|
0.02
|
3700
|
296
|
0.445
|
4300
|
97.6234
|
60
|
11
|
0.017
|
3800
|
293
|
0.439
|
4800
|
97.989031
|
70
|
18
|
0.027
|
580
|
200
|
0.298
|
4500
|
96.709324
|
80
|
53
|
0.081
|
155
|
204
|
0.305
|
3600
|
90.310786
|
90
|
67
|
0.101
|
140
|
205
|
0.306
|
3900
|
87.751371
|
100
|
78
|
0.104
|
135
|
203
|
0.303
|
4200
|
85.740402
|
110
|
71
|
0.107
|
140
|
203
|
0.307
|
4200
|
87.02011
|
120
|
71
|
0.106
|
145
|
203
|
0.303
|
4000
|
87.02011
|
Gambar
2.1. Tabel Data Pengamatan
BAB
V
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini dilakukan pemurnian air dengan cara reverse osmosis. Prinsip
kerja dari reverse osmosis ini adalah dengan mengalirkan larutan melalui pori
filter atau membrane dengan memakai perbedaan tekanan sehingga akan dihasilkan
air yang tidak mengandung kation. Sampel yang digunakan pada percobaan ini
adalah berasal dari air kran yang langsung dialirkan ke alat reverse osmosis.
Variasi yang digunakan untuk percobaan ini adalah variasi laju alir dengan cara
menganalisis air yang laju alir saat kran dibuka penuh dan air yang laju airnya
saat kran dibuka setengahnya agar dapat dibandingkan hasil pemurniannya.
Pada
praktiknya, umpan atau influen berasal langsung dari air keran, dan efluen yang
dihasilkan ada 2, yaitu permeat yang merupakan air yang telah lolos dari
membrane atau air murni, dan konsentrat yang merupakan air yang tidak lolos
dari membrane yang merupakan campuran air beserta ion-ion yang tidak lolos.
Dari
data yang telah dihasilkan, terlihat bahwa pada waktu 10-60menit yaitu saat keran
influen dibuka secara penuh, tekanan oprasi berada pada nilai 0,68-0,70 dan
permeat yang dihasilkan memiliki nilai TDS dan DHL yang relatif kecil, ini
menandakan bahwa ion-ion dalam efluen permeat sangat kecil, yang berarti bahwa
permeat memiliki kemurnian yang relatif baik, sehingga proses Reverse Osmosis
pun dapat dikatakan baik. Hal ini dipengaruhi salah satunya oleh tekanan yang
cukup besar sehingga pemurnian menjadi baik. Ini sesuai dengan landasan teori
bahwa semakin besar tekanan, kualitas permeat semakin baik.
Kemudian
jika dilihat pada proses 70-120 menit, yaitu saat laju aliran influen hanya
setengahnya, nilai TDS dan DHL dari permeat relative lebih besar dibandingkan
dengan saat aliran influen dibuka secara penuh. Ini disebabkan karena tekanan
oprasi yang terjadi adalah 0,00 psi, jauh lebih kecil dari sebelumnya, sehingga
jika dikembalikan pada landasan teori yang sama, tekanan oprasi memang
mempengaruhi kemurnian dari permeat, sehingga dapat disimpulkan bahwa memang,
semakin besar laju alir, tekanan oprasinya akan semakin besar dan kemurnian
dari efluen permeat akan semakin baik.
BAB
VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Dari
praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya
sebagai berikut.
1.
Proses Reverse
Osmosis prinsipnya adalah penyaringan ion-ion oleh membran yang sangat kecil
sehingga yang lolos hanya air murni saja.
2.
%Reject paling
tinggi yaitu pada menit ke-40 dengan nilai 98.354662% dan terkecil pada menit ke-100 dengan nilai 85.740402
6.2. Saran
Dari
praktikum yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat diberikan untuk
memperbaiki praktikum selanjutnya, diantaranya sebagai berikut.
1.
Variasi laju
alirnya diperbanyak agar perbandingan tiap-tiap hasilnya pun lebih banyak
DAFTAR
PUSTAKA
Sawitri, Asti. 2011. “Reverse Osmosis (Osmosis
Balik)”. Jurusan Fisika,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Ghozali,
Mukhtar.tt.”Jobsheet
Praktikum Pengelolaan Limbah Industri”.Politeknik
Negeri Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar